Menjaga Ikon Alam Ciamis: Konservasi Gunung Sawal di Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024

Hari Lingkungan Hidup Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 5 Juni, menjadi momentum penting bagi masyarakat global untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Begitu pula dengan kabupaten ciamis, salah satu daerah di Indonesia yang memiliki icon lingkungan hidup yaitu gunung syawal. Gunung Sawal, dengan ketinggian sekitar 1.764 meter di atas permukaan laut, tidak hanya menjadi ikon alam tetapi juga memiliki nilai ekologis yang tinggi. Hutan di Gunung Sawal merupakan rumah bagi berbagai jenis flora dan fauna, termasuk beberapa spesies endemik yang hanya bisa ditemukan di kawasan ini. Keanekaragaman hayati yang ada menjadikan Gunung Sawal sebagai salah satu kawasan konservasi penting di Jawa Barat. Meskipun Gunung Sawal memiliki nilai ekologis yang tinggi, kawasan ini menghadapi berbagai masalah konservasi yang mengancam keberlangsungan ekosistemnya. Beberapa masalah utama yang dihadapi antara lain:

1.      Deforestasi dan Perambahan Hutan

Aktivitas illegal logging dan perluasan lahan pertanian telah menyebabkan kerusakan signifikan pada hutan di Gunung Sawal. Penebangan liar mengurangi tutupan hutan, mengancam habitat satwa liar, dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

2.      Erosi dan Longsor

Deforestasi mengakibatkan hilangnya vegetasi yang berfungsi sebagai penahan tanah. Akibatnya, daerah sekitar Gunung Sawal rentan terhadap erosi dan longsor, terutama saat musim hujan.

3.      Perubahan Iklim

Perubahan iklim global juga berdampak pada ekosistem Gunung Sawal. Perubahan pola curah hujan dan suhu dapat mengganggu keseimbangan ekosistem, mempengaruhi siklus hidup flora dan fauna di kawasan ini.

Masalah konservasi di Gunung Sawal tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga memiliki implikasi sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar.

1.      Dampak Ekonomi

Hutan Gunung Sawal merupakan sumber penghidupan bagi banyak warga sekitar. Deforestasi dan kerusakan lingkungan mengurangi potensi hasil hutan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, seperti kayu, buah-buahan hutan, dan produk non-kayu lainnya. Selain itu, berkurangnya tutupan hutan juga berdampak pada sektor pariwisata alam yang bisa menjadi sumber pendapatan alternatif.

2.      Dampak Sosial

Kerusakan hutan dan lingkungan dapat menyebabkan konflik sosial. Perebutan lahan antara masyarakat lokal dan pihak-pihak yang melakukan perambahan hutan seringkali menimbulkan ketegangan. Selain itu, masyarakat yang bergantung pada hasil hutan untuk kehidupan sehari-hari terancam kehilangan mata pencaharian mereka.

3.      Dampak Lingkungan

Kerusakan ekosistem Gunung Sawal berdampak langsung pada kualitas lingkungan hidup. Kehilangan tutupan hutan mengurangi kemampuan daerah tersebut dalam menyerap air hujan, yang dapat menyebabkan banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Selain itu, berkurangnya vegetasi juga berdampak pada penurunan kualitas udara dan tanah.

 

Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, diperlukan upaya konservasi yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat lokal, hingga organisasi non-pemerintah. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:

1.      Reboisasi dan Penghijauan

Penanaman kembali pohon-pohon di area yang gundul untuk memulihkan tutupan hutan. Kegiatan ini juga harus melibatkan masyarakat lokal agar mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap keberlanjutan hutan.

2.      Pengawasan dan Penegakan Hukum

Memperketat pengawasan terhadap aktivitas illegal logging dan perambahan hutan serta memberikan sanksi yang tegas bagi pelanggar hukum.

3.      Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan

Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga hutan melalui program pendidikan dan kampanye lingkungan. Melibatkan sekolah-sekolah dan komunitas lokal dalam kegiatan konservasi bisa menjadi langkah efektif.

4.      Pengembangan Ekowisata

Mengembangkan potensi pariwisata alam yang berkelanjutan di Gunung Sawal dapat memberikan alternatif sumber pendapatan bagi masyarakat sekaligus menjaga kelestarian hutan.

 

Dalam peringatan hari lingkungan hidup sedunia 2024 faperta unigal mengajak kepada seluruh elemen Masyarakat terutama pihak pemerintah daerah kabupaten ciamis agar dapat bersama sama untuk mengupayakan konservasi gunung syawal untuk dilaksanakan sesegera mungkin, agar supaya gunung syawal sebagai ikon lingkungan hidup ciamis agar tetap Lestari dan dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan Masyarakat sekitar khususnya dan Masyarakat ciamis pada umumnya

Post View: 112